2010/05/28

satu cinta yang selamanya aku cari...

Satu Cinta

Ku memohon dalam sujudku pada-Mu
Ampunkanlah s’gala dosa dalam diri
Ku percaya Engkau bisa meneguhkan
Pendirianku… Keimananku…

Ku memohon dalam sujudku pada-Mu
Ampunkanlah s’gala dosa dalam diri
Ku percaya Engkau bisa meneguhkan
Pendirianku… Keimananku…

Engkau satu cinta
Yang s’lamanya aku cari
Tiada waktu ku tinggalkan
Demi cintaku kepada-Mu
Walau seribu rintangan
Kan menghadang dalam diri
Ku teguhkan hati ini
Hanya pada-Mu
Ku pasrahkan…

Oh Tuhan… s’lamatkanlah hamba ini
Dari segala fatamorgana dunia
Oh Tuhan… jauhkanlah hamba ini
Dari hidup yang sia-sia

"keserasian ialah puncak keasyikan" sebuah titipan kata dari ibnu khaldun ketika mengulas tentang muzik.. biarlah keserasian itu pada makna serta liriknya lantas diterjemah melalui sikap dan tingkah. semuga ia menjadi azimat peneguh jiwa dan doa buat diri. cinta padaMu ya Raheem...sungguh amat kudambakan. Anugerahlah ya Allah..anugerahkanlah ya Allah...pada hambaMu yang mengemis ini..

2010/05/25

Syair Perahu ~ Hamzah Fansuri

Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.

Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.

Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.

Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.

“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.

“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.

Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.

Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)

Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.

La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.

La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.

La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.

La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.

La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.

La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.

~ Hamzah Fansuri

2009/04/09

hmm...dengan tidak semena-mena...

iya..hari ini...saat ini..dengan tiba-tiba dan tidak semena-mena kurasakan tangan ini, jari ini, ingin sekali menyentuh papan kekunci laptop kapcai ajaib ini..
inginku coretkan sesuatu padanya..buat tatapanku dikala nanti..ada sesuatu yang menggerakkan aku mungkin. Tapi apa ya? Mungkinkah apa yang dinamakan?..ya semangat!!
semangat untuk menulis?...Hhhh...lama sungguh rasanya...tidak kurasakan kehadirannya...bagaikan berabad-abad...
Dulu impiku ingin membina, mendirikan sebuah mahligai kata...agar dapat kucurahkan bakti buat teman-teman, rakan-rakan, adik-adik, abang-abang, kakak-kakak,ibu-ibu,bapa-bapa di luar sana..yang membutuhkan sesuatu..mungkin saja kubinakan untuk mereka..jika tidak mahligai pun..teratak teduhpun kurasa memadai..buat menumpang rehat rasa dengan untaian kata..hidup biar berbakti getus hatiku.
Namun untuk itu kuperlukan rasa...yang kunamai semangat...tapi kata orang, semangat itu perlu dicari, perlu dibina...bukan ditunggu. Bagaikan berbeza sekali dengan realiti hidup ini. Terlalu susah bagiku untuk mencari semangat apalagi untuk membinanya...tapi kenapa ya?
Namun dalam hidupku semangat itu selalunya kutemukan tanpa disengaja...kengkadang disela angin,kengkadang dihujung kilau mentari, mungkin juga pada jernihnya langit, bahkan pada harumnya bau kuntuman bunga juga kutemuinya...aneh sungguh suatu bernama semangat ini...kengkadang dikala hembusan angin petang menerpa..kurasakan kehadiranya..lantas...bersambung..hehe..mungkin saja dikala kutemuinya kembali...

2009/03/19

Buat rakyat Malaysia yang Mulia

“Rata-rata engkau memang pemaaf serta baik hati.
Kebohongan dan kesalahan pemimpin selalu disambut dengan lapang dada.
Hatimu bagai mentari,
betapapun langit makin mendung,
sinarnya tetap ingin menyentuh bumi.”

2009/03/04

Nantikan kemunculan cerpen..."aku budak tahfiz"...karya ilham Akhas...Insya'Allah..

2007/10/06


Pemergianmu Ramadhan.

Tertatih aku mengejar
Mengaisi sisa-sisa Ramadhan
jatuh tersungkur di keheningan
Ramadhanku akan berlalu

Hadirnya syawal…

Menggulung kemilau mubarak

Dengan cahayanya yang berpendar

Disudut sanubari
namun...pantaskah bagiku

Hanya sekadar kemilau..

Dipurnama ini.

2007/10/05

Cinta itu karena apa?

Dalam hati bertanya cinta itu karena apa?
Ketika cinta datang hanya ada RASA yang menyesakkan daDa
Di lain waktu rasa itu berubah menjadi kebahagiaan..
Cinta itu karena apa?
Wajahkah penyebabnya?

Namun kecantikan wajah tidaklah abadi
Hartakah penyebabnya? Namun harta hanyalah titipan ilahi
Aku buatkan puisi untuk adinda..
Di pagi dimana bunga surga bersemi di taman nan semerbak mewangi
Tersenyumlah adinda.. karena aku akan selalu ada untukmu
Cinta itu
Tapi hanya untuk yang karena apa? Aku pun tak tahu..
Yang kutahu aku mencinta karena aku cinta..
Dan kuyakin cinta itu suci, abadi, slamanya.....

Yang pasti bukan untuk adinda..
tapi untuk Yang Maha Esa.